Saat ini adalah tahun ajaran baru siswa/siswi yang berhasil naik ke kelas tiga di SMU Kharita. Yah…seperti sekolah-sekolah lain siswa/siswi sedang sibuk mencari teman sebangku mereka atau ribut membicarakan apa yang akan mereka lakukan di tahun ajaran baru ini. Namun, kegaduhan yang terjadi di kelas III IPA 1 lain daripada yang lain semua siswa/siswinya sedang ribut membicarakan bahwa Asti sang penakluk cowok akan sekelas dengan mereka, dan yang paling heboh lagi terdengar kabar bahwa Asti telah mendapatkan target yang ke 15, yang ga lain adalah Baim, yang telah merebut gelar juara umum pertama darinya.
“Im! Loe tahu ga sih kita bakalan sekelas sama Asti sang penakluk cowok itu.” Ucap Ipan yang tiba-tiba datang mengganggu Baim yang sedang membaca buku.
“Ya trus kenapa?”
“Im, loe tahukan dia itu cewek yang dijuluki sebagai sang penakluk cowok.”
“Ya trus kenapa coba?”
“Aduh Baim, Baim loe tuh kuper banget sih. Itu tuh udah jadi gossip terlama Baim. Loe kemana aja sih Im.”
“Gue ga peduli lagi, lagian kalau emang bener apa urusannya sama gue?”
“Im! Loe itu kebangetan pinter kali ya, emang loe ga denger gossip terhangat hari ini apa?”
“Gue ke sekolah bukan buat dengerin gossip tapi, buat belajar.”
“Ya, iya Im anak TK sih juga tahu kalo itu, loe tahu kan si Asti itu udah pacarin 14 cowok disekolah kita ini, dan loe bakalan dijadiin target yang ke 15 sama dia.”
“Hah! Ga salah tuh cewek, loe salah denger kali. Loe kan tahu gue ini ga cakep, ga keren, apa yang bisa dibanggain dari gue coba?”
“Iya-ya kenapa si Asti mau jadiin loe targetnya padahal loe itukan ga ada cakep-cakepnya amat?”
“Sialan loe!”
“Atau mungkin karena loe udah ngerebut gelar juara dari dia terus dia mau bales dendam ke loe?”
“Cuma gara-gara itu aja, ah gue ga bakalan percaya. Biarpun dia dijuluki sang penakluk cowok, ga mungkin lah dia pilih gue.”
“Loe lihat aja nanti.”
Tak lama setelah mereka berbincang seluruh siswa/siswi diperkenankan untuk memasuki kelas mereka masing-masing, ternyata apa yang Ipan katakan memang benar, Asti yang dijuluki sebagai sang penakluk cowok menjadi teman sekelas Baim bersama teman sejatinya itu. Suasana menjadi gaduh setelah kedatangan Asti bersama kawan sejatinya itu yang cupu’ abis. Walikelas III IPA 1 belum juga datang, Baim hanya duduk di tempatnya bercanda dengan teman-teman cowoknya yang lain. Asti yang melihat Baim sedang bercanda itu, langsung menghampirinya…
“Hai! Aku ganggu ga?” sapa Asti, spontan semua kaget saat melihat Asti yang menghampiri mereka. Sungguh aneh bin ajaib, Asti sang penakluk cowok menyapa mereka semua.
“Ah ga kok, ada apa ya?” tanya Ipan heran.
“Im, aku boleh ngomong sesuatu ga sama kamu?”
“Ngomong! Sama aku, kamu yakin mau ngomong sama aku, ga salah orang nih.”
“Aku yakin kok Im, bisa ikut aku ga nanti ke kantin waktu istirahat?”
“Gimana ya?”
Ketika Baim bimbang dengan ajakan Asti, teman-temannya menarik tangan Baim.
“Im, gue bilangin juga apa, Asti udah mau mulai serangannya ke loe, gue bilangin aja ya lebih baik loe jangan mau deh daripada entar loe kenapa-kenapa bisa berabe Im.” nasehat Ipan
“Bener Im!” Balas teman-teman cowok sekelasnya.
“Loe tenang aja deh, lagian juga mana mau sih dia sama gue, cakep enggak, ganteng apalagi, jadi loe semua ga usah khawatir deh, kita juga ga boleh berburuk sangka dulu sama dia.” jawab Baim yang kemudian pergi menghampiri Asti.
“Gimana Im?”
“Ya udah nanti istirahat kita ke kantin.”
Berita tentang Baim yang akan dijadikan target selanjutnya sudah tersebar kemana-mana ya spontan Baim jadi sedikit terkenal. Saat istirahat di kantin…
“Kamu mau ngomong apa Ti?” tanya Baim
“Gini Im, sebenernya aku mau ngomong kalau aku suka sama kamu, kamu mau ga jadi cowok aku?” balas tanya Asti yang langsung menyemburkan senjatanya ke Baim. Ya jelas Baim ga percaya mana mungkin sih cewek secantik dan seterkenal Asti suka sama dia.
“Kamu serius?”
“Aku serius Im!”
Baim yang memang awalnya sudah tahu kalau Asti itu seorang Playgirl, tiba-tiba menerima Asti gitu aja. Baim yang saat itu hanya melihat Asti sebagai seorang wanita yang sama dengan wanita yang lain, entah apa yang dipikirkan Baim sebenarnya dengan menerima untuk menjadi cowok Asti sang penakluk cowok itu, apakah Baim memang sudah ditaklukannya ataukah Baim punya rencana lain dibalik semua ini. Hubungan antara Baim dan Asti berjalan layaknya pasangan pacaran lainnya, selama ini Baim terus bersabar dengan tingkah Asti yang terkadang membuatnya malu dan kesal. Berita tentang jadiannya Baim dengan Asti sudah tersebar kemana-mana bahkan sudah sampai ketelinga Andra cowok ke 14 yang pernah ditaklukan Asti yang ga lain adalah idolnya sekolah. Andra marah karena Asti telah memutuskannya dan menyuruh teman-temannya untuk mengerjai Baim. Saat sepulang sekolah Baim bersama kedua sahabatnya Ipan dan Angga dihadang oleh teman-teman Andra.
“Tunggu loe Im!” Seru Andra
“Ada apa?” Tanya Baim
“Loe udah jadian ya sama Asti?”
“Kalau iya kenapa?”
“Loe tahu kan kalau Asti itu milik gue.”
“Milik loe, yakin?”
“Kurang ajar loe ya.”
Pertengkaran pun ga bisa dihindari lagi, tapi saat itu Baim sanggup mengalahkan mereka semua dan mereka memutuskan untuk tidak berurusan lagi dengan Asti. Baim yang awalnya hanya ingin mencoba menyadarkan Asti entah kenapa… ia tahu kalau dirinya hanya memiliki waktu seminggu untuk bisa membuat semuanya berubah. Keesokannya disekolah…
Asti datang ke sekolah seperti biasa, kedatangannya membuat semua mata tertuju padanya, tak jarang cacian dan ejekkan dilontarkan teman-temannya.
“Eh tahu ga sih, ternyata di sekolah kita ada wanita penggoda lho!” Ejek salah satu siswi
“Oh ya, mungkin orangtuanya juga kayak gitu kali.”
Mendengar cacian yang dilontarkan ke orangtuanya Asti ga bisa terima
“Eh! Loe semua boleh ngejek gue tapi, jangan harap loe bisa ngejek orangtua gue ya.”
“Emang kenyataan kan?”
Baim yang kebetulan melihat kejadian itu langsung datang menghampirinya…
“Maaf ya, Ti ikut aku.”
“Im! tapi…”
“Udah lah cepet.”
Asti ga pernah melihat tatapan setajam itu, mau ga mau Asti menuruti Baim.
“Im tunggu! Kamu denger kan tadi apa yang mereka bilang ke Aku, kamu seharusnya belain aku dong Im.”
“Belain kamu, Ti! Bukannya yang dibilang mereka itu kenyataan, aku capek Ti tadinya aku pikir kamu bisa berubah, ternyata bener kamu cuma mau manfaatin aku aja kan?”
“Jadi…, kamu nerima cinta aku karena kamu cuma mau buat aku berubah?”
“Awalnya iya, tapi aku berharap jika itu emang sayang sungguhan aku bersyukur, tapi kamu cuma anggap semuanya permainan aja kan. Sebelum satu minggu berakhir lebih baik kita akhirin aja semuanya.” Ucap Baim yang pergi meninggalkan Asti.
Mendengar kata-kata Baim entah kenapa luka hati yang ia pernah rasakan muncul lagi. Baim ga tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan Asti…
Setelah kejadian itu Asti hanya bisa diam, dia berpikir dirinya ga akan pernah mungkin mendapatkan cinta yang diinginkannya. Asti telah kembali kekehidupan semulanya, dan Baim bersikap seolah tak pernah terjadi apa-apa sebelumnya.
“Ti! Loe kenapa?” tanya Eli yang kebetulan sedang dirumah Asti.
“Gue ga apa-apa kok Li, ternyata semua cowok sama aja.”
“Kenapa bisa begitu, nah hubungan loe sama Baim gimana?”
“Gue udah putus sama Baim, dia udah benci sama gue Li. Tapi, asal loe tahu Li, perasaan gue ke Baim tulus gue ga berniat untuk jadiin Baim target sama kayak yang lain. Gue udah bosen hidup kayak gini.”
“Ti! Dulu loe putus asa kan waktu loe diputusin sama cowok loe itu dan loe pernah ngerasain hal yang sama untuk kedua kalinya makanya loe berbuat kayak gitu, tapi loe salah kalau dengan balas dendam semuanya bakalan baik.”
“Gue tahu gue salah, terus gimana nih Li, gue bener-bener sayang sama Baim.”
“Loe mau tahu apa yang harus loe lakuin, loe harus perbaikin semuanya. Loe tahu kan kalau loe tuh udah buat orang-orang benci sama sikap loe, loe minta maaf ke orang-orang yang pernah loe sakitin.”
“Iya gue tahu Li, tapi apa anak-anak masih mau maafin gue.”
“Ga ada kata terlambat, loe ga mau kan setiap hari banyak cacian terus keluar dari anak-anak?”
“Loe bener Li, gue udah capek hidup kayak gini terus, loe mau kan bantuin gue perbaikin semuanya?”
“Pasti.”
“Loe emang sahabat terbaik gue.”
Akankah perjalanan hidup Asti akan sebaik yang ia bayangkan, akankah semuanya mau memaafkan kesalahan Asti dan akankah Baim akan mau menerima Asti lagi sementara saat ini Baim sedang dekat dengan gadis teman satu sekolahnya. Ia sangat baik, cantik, ga kalah cerdas dengan Asti pokoknya tipe wanita idaman banget deh…apakah Baim punya feeling sama gadis itu ya?...