Hari yang telah Anda tunggu-tunggu itu akhirnya tiba juga. Akhirnya Anda dapat keluar dari pekerjaan yang selama ini sangat Anda benci. Dalam atmosfir yang dipenuhi kebencian terhadap atasan, pekerjaan Anda atau malah kedua-duanya, pasti ada keinginan dalam diri Anda untuk mewujudkan fantasi yang selama ini telah direncanakan : memberitahu atasan Anda bagaimana tidak becusnya ia dalam mengatur bawahan, membocorkan pada rekan-rekan kerja tentang siapa-siapa saja yang pernah membicarakan mereka dan apa saja yang pernah dibicarakan, atau mengambil persediaan kertas folio di gudang untuk dibawa pulang. Anda mungkin berpikir : toh saya juga akan segera keluar dari tempat itu, jadi nggak ada salahnya akan memanfaatkan kesempatan itu?
Salah besar. Cara Anda mengundurkan diri secara tidak langsung akan mempengaruhi karir Anda di masa depan. Tahan amarah Anda dan jangan berusaha membalas, tapi keluarlah dari pekerjaan tersebut dengan keprofesionalan yang masih terjaga. Berikut adalah hal-hal yang harus dipertimbangkan.
1. Berpikir jangka panjang
Jangan sampai Anda mengeluarkan komentar-komentar yang menjelek-jelekkan atasan atau rekan kerja di tempat lama. Meski dorongan tersebut sangat kuat (dan sangat menyenangkan bila bisa melakukannya), perlu diingat bahwa apa yang telah diucapkan tidak dapat ditarik kembali. Kata-kata tersebut (seandainya terdengar oleh orang lain) akan selalu teringat dan mungkin suatu saat akan sampai ke orang yang Anda jelek-jelekkan. Selain Anda masih membutuhkan tempat kerja lama sebagai referensi, masih ada kemungkinan Anda akan bertemu dengan rekan kerja baru yang memiliki hubungan dengan kantor lama — baik sebagai klien, supervisor, atau (yang lebih parah lagi) teman dekat dari salah seorang rekan kerja Anda di tempat lama.
2. Berpikir rasional
Berhenti kerja dapat menjadi pengalaman bernuansa penuh emosi baik bagi Anda maupun atasan (yang mungkin selama ini memperlakukan Anda dengan semena-mena). Atasan mungkin akan merasa kaget, marah atau melakukan pembelaan diri (dan menganggap kesalahan sepenuhnya ada di tangan Anda). Meski ketegangan mungkin terjadi, tahan emosi dan tetaplah berlaku sebagai seorang profesional. Dengan berhenti, Anda sebenarnya telah berhasil membalas perlakuannya. Bayangkan, berapa lama yang akan dibutuhkan untuk mencari sampai melatih orang baru hingga dapat benar-benar mengisi posisi Anda?
3. Berpikir ke depan
Buat surat dengan singkat, to the point dan mencantumkan tanggal kapan Anda akan efektif berhenti bekerja. Jangan mengirim melalui email, tapi langsung datangi staf/orang yang berkepentingan dan serahkan surat tersebut. Berhati-hatilah sebab mungkin saja begitu menyerahkan surat pengunduran diri, Anda akan langsung disuruh membereskan meja Anda dan digelandang keluar kantor. Oleh karena itu sangatlah penting mengemasi barang-barang Anda beberapa hari sebelum (misalnya seminggu) sebelum berhenti. Kumpulkan barang-barang yang mungkin dapat berguna suatu hari misalnya alamat email, kartu-kartu nama dari klien, rekan kerja atau supervisor, atau informasi yang Anda butuhkan mengenai proyek yang sedang Anda kerjakan. Sebab begitu Anda menginggalkan kantor untuk terakhir kalinya, barang-barang tersebut tidak bisa diambil lagi.
4. Berpikir positif
Seandainya dulu pekerjaan lama Anda diwarnai masa-masa sulit (dan menyebalkan), mungkin akan sedikit sulit untuk tidak berkomentar/bercerita mengenai masa-masa tersebut. Namun membawa beban (dan kekesalan) lama ke pekerjaan baru hanya akan merusak reputasi Anda. Atasan atau rekan baru Anda pastinya tidak ingin mendengarkan keluhan mengenai pekerjaan lama Anda. Lupakan deh mimpi buruk anda yang dulu, lagipula toh sekarang sudah ada pekerjaan baru. Hadapi masa-masa transisi tersebut dengan seprofesional mungkin dan songsonglah kesempatan emas di pekerjaan baru yang ada di depan Anda.