Tak akan berhenti di sini
Terlanjur kutoreh ikrar pada ibu yang dihisap putingnya
hingga kering susunya
hingga kerontang payudaranya
hingga nanah yang tersisa
untuk adik yang busung
yang lahir saat bapak mati diteror tbc
Tak akan berhenti di sini
Terlanjur kutoreh ikrar pada ayah yang dirampas ladangnya
hingga rumah mesti digadai
hingga cangkul jadi kayu bakar
hingga nisan yang tersisa
untuk adik yang kurus
yang lahir saat dusun semakin miskin
Tak akan berhenti di sini
Terlanjur kutoreh ikrar pada dusun yang digusur jadi pabrik
hingga embun dibunuh asap
hingga kali jadi bau dan pekat
hingga sampah yang tersisa
untuk adik yang lapar
yang lahir saat aku pergi mengadu nasib
Tak akan berhenti di sini
Terlanjur kutoreh ikrar pada diri yang bertahun jadi babu
hingga punggung penuh luka
hingga kuping tersumpal cacian
hingga sumpah yang tersisa
untuk adik yang menunggu
menunggu aku pulang
menunggu oleholeh parang
buat penggal tuan berhati arang!
Jakarta-wisma mampang 170305
Rieke Diah Pitaloka (Duta Buruh Migran Indonesia)